PERMASALAHAN DALAM PENERJEMAHAN
Penerjemahan
adalah hal yang cukup sulit dan diperlukan kerja keras untuk menghasilkan
terjemahan yang bagus. Beberapa permasalahan sering muncul ketika menerjemahkan
sebuah teks, sehingga ada beberapa hal yang tidak tersampaikan dan sulit
dipahami oleh pembaca. Berikut ini adalah beberapa permasalahan dalam
menerjemahkan metematika, puisi, dan fiksi.
Menurut
Elizabeth Stapel, menerjemahkan soal bahasa Inggris ke dalam rumus matematika merupakan hal yang cukup sukar.
Kita membutuhkan banyak latihan untuk hal ini. Kita harus membaca seluruh soal
dan memahami terlebih dahulu masalah yang ada di soal itu. Selanjutnya, kita
harus menggambarkan variable dengan jelas dan rapi karena setiap variable menggantikan
suatu objek dalam soal, kemudian mencari kata kuncinya. Setiap kata mengindikasikan
operasi matematika, baik itu pertambahan, pengurangan, perkalian, maupun
pembagian. Seorang translator harus teliti ketika menerjemhakan matematika.
Selanjutnya,
untuk permasalahan dalam penerjemahan puisi, Suryawinata mengidentifikasi 3
pokok permasalahan, yaitu masalah kebahasaan, masalah kesastraan,dan masalah
social budaya. Pertama, masalah kebahasaan. Hal yang perlu diperhatikan adalah
tentang sanding kata dan struktur sintaksis yang digunakan. Seorang penerjemah
harus memahami setiap sanding kata yang dimaksud, sehingga tidak menimbulkan
kesalahan arti dalam bahasa sasaran. Kedua, masalah kesastraan. Kesastraan
meliputi struktur puisi, suara/rima, dan majas/ekspresi. Tiga hal ini adalah
sesuatu yang harus diperhatikan oleh seorang translator untuk menjaga keindahan
puisi agar tetap enak untuk dibaca dan tidak kehilangan arti yang sebenarnya.
Yang terakhir adalah masalah social budaya. Dalam penerjemahan puisi, kesesuaian
budaya juga sangat berpengaruh. Terdapat empat kategori budaya yang perlu
dipahami yaitu ide, perilaku, produk, dan ekologi. Seorang penerjemah dapat
menggunakan beberapa prosedur penerjemahan dalam satu puisi untuk mencari arti
yang sesuai dengan budaya dalam bahasa sasaran. Dengan meminimalisasi
masalah-masalah diatas, puisi akan tetap bisa dipahami, terjaga keindahanya,
dan tidak menimbulkan kesalahpahaman budaya.
Terakhir
adalah permasalahan dalam menerjemahkan fiksi. Arsheed Ahmad Malik
mengidentifikasikan isu budaya dan kebahasaan dalam fiksi. Pertama, isu budaya.
Menurut beliau budaya menunjukkan perspective atau cara pandang seseorang.
Kadang terlihat sudah sesuai, tetapi kadang tidak. Jadi, seorang penerjemah
harus paham tentang kiasan-kiasan yang digunakan dan beberapa bentuk sindiran
yang muncul. Kemudian, untuk isu kebahasaan meliputi gaya bahasa, persajakan
semantic, sintak, dan tanda baca. Beberapa hal ini juga sangat penting untuk
menghasilkan terjemahan yang bagus, yang tidak hanya menerjemahkan secara harfiah
tetapi juga menyampaikan arti sesungguhnya.